diantara malam meninggi kian sejengkal,
aku teringat senandika-mu bertahun silam
adalah dia yang akan menyibak temaram
dia, meski tiada kekal
cahaya purnama
ya, mungkin dia tiada apa
dibandingan matari yang ranumnya buka dunia
senyum terakhirnya hadirkan senja
: memerah dalam gulita
lalu suatu hari aku bertanya
kenapa mempermasalahkan apa yang beda?
tentang apa yang lebih kuasa?
bukankah dari semua yang terpenting adalah
usaha?
cerah yang tergambar seolah mengajak terjaga
merona, terlebur dalam warna
o Dewi, jika kau berkuasa akan cahaya
pancarkan sinarsinar nirwana pada sahaya!
dan nanti, suatu pagi yang berbeda
akan ku buka harihari, bukan matari
bukan cahaya, tapi
bisikan sederhana
: aku mencintaimu, dek-sri
0 comments:
Post a Comment