aku selalu mengingat garis nenek moyangku,
adalah panthera tua yang masih terjaga
yang tugur tersenyum diantara biasbias purnama
memerah,
dalam malam pilu,
ombak samodera.
ya, dia mungkin sedih, membayangkan kisahkisah lalu
yang tergambar pada siluet senja,
tenggelam pada putihputih buih,
yang membawanya dalam luka, bergores perih
:kisah juni yang lalu
lantas suatu hari aku bermimpi:
panthera yang tua tak lagi berduka, tiada lagi air mata menetes,
duka bulan juni lalu telah pergi, berganti dengan sebuah asa,
pada senja yang baru,
pada senyumanmu.
lalu, aku berbisik,
wanitaku,
kerinduan padamu tak akan pernah memudar,
meski harapan secerah lilin terpendar.
wanitaku,
hapuslah segala luka dan duka,
yang membawamu kepada derita lama,
:kisah juni yang lalu
wanitaku,
jika rasa tak tersimpan untuk mengadu,
ingin ku seka air mata dan luka,
mengganti dengan merah pipi senyummu..
namun, jika diam adalah cara mencinta dan menjaga,
maka ijinkanlah belatik terhembus,
membisikkan sebarisan katakata
tentang segala rindu,
dan cinta.
hingga nanti, pada suatu pagi dibuka,
tiada duka atau pun lara, tapi
sebuah bisikkan yang selalu menggema,
menghapus juni, menatap mimpi
:aku cinta padamu
15/06/14
Sunday, June 22, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment