"Selamat pagi, cinta", si Bambang membisik di telinga kiri Eni. Karuan saja Eni cengar-cengir mendengar celotehan suaminya. Lha wong masih pagi loh, ndang nggombal.
Tapi Eni tak langsung terjatuh dalam rengkuhan gombalan si Bambang, Dia hafal suaminya itu ada maunya ketika sok-sok an jadi romantis. Ya walaupun tahu sih, Bambang memang romantis. Sepuluhan tahun mereka menikah, ada-ada saja cara si Bambang menyenangkan isterinya. Buktinya, seminggu kemarin pas Bambang tembus arisan Bapak-bapak RT, si Eni dibeliin selusin tipe-x berbagai merek. Eni sih protes kok ya wes tuo dolanan tipe-x? Bambang cuma terkekeh tak berdosa.
"Bune, kenapa to? lak ora ngeri kan alesanku dadi kowe nesu terus meneng wae? Kamu tahu, aku mengenalmu pertama kali pas kuliah dulu. Ya, memang sih kita beda kelas waktu itu. Tapi saya nduwe intelejen yang tak tugasin memperhatikan mu", kata si Bambang yang cuma agak ngarang. "dan tipe-x ini adalah benda berharga yang pertama, yang si dosen waktu itu menyebutmu gadis pembawa tipe-x gara-gara pas ujian kowe ki ni-pak ni-pek wae. Lah ibuk ki sinau mboten toh?"
Eni akhirnya tersenyum. Rona merah sedikitsedikit mewarnai pipinya.
"Sinau lah. Tapi moco primbon. Nyari wangsit", Eni nyengir.
"Terus Bune, kenapa harus mempermasalahkan pemberian? Bukankah yang terpenting adalah makna dari suatu pemberian bukan bentuk pemberian itu?
tiktoktiktok
***
Bambang sudah saja nongkrong di bungalo belakang rumahnya. Mengamati sedih mujair-mujairnya yang agak besarbesar. Dia tidak membayangkan bagaimana minggu depan mujair itu bakal jadi the main course acara bakarbakar isterinya.
Sementara si Eni sibuk nyapu sekitaran kolam kecil itu. Nampak hujan yang turun semalam membikin daun-daun nangka pada berguguran. Tapi, hujan semalam juga membikin Eni tersenyum: Mawar putih yang sekuntumkuntum mulai kembang. Mawar putih adalah bunga kesukaan Eni yang sering dipajang disampingsamping fotonya.
"Bu, ndene dilit", kata Bambang tibatiba.
Eni mendekati suaminya dan duduk di bungalo kecil itu. "Pripun Pak?", kata Eni.
"Kamu ingat gak hari ini?"
"Jum'at. Hari pertama tarawih versi Muhammadiyah"
"Walaaah malah ngopo. Mbok rasah nggowo kaum. Wong perbedaan kui rahmat"
"Hehe. Iyaaaa. Hla terus apa, Pak?"
"Hari ini adalah hari dimana saya..isin e aku..dimana bungabunga cinta dalam hatiku mulai berkembang"
Bambang membenarkan posisi kerahnya, bersiap ber-senandika
:Hari itu adalah hari pertama kali sejak beberapa hari kita tidak bertemu..lebih tepatnya saya tidak melihatmu. Yah, namanya juga pengagum rahasia waktu itu..
Dan mungkin atau bahkan kamu, dek Eni, tidak tahu dan menyadari bahwa aku mengagumimu. Tak apalah nyesek dulu.. bukankah cara menghibur dirinya juga seperti itu?
Dan akhirnya kita bisa bertemu dengan tidak sengaja. Sebenarnya saya hampir pulang waktu itu dari kampus. Lha wong wes mumet gara-gara guuuarapan e akeh. Tapi kok rasanya pengen mampir dan akhirnya ya saya mampir. Eh pucuk dicinta dan kamu ku cinta..eh maksudnya pucuk dicinta ulam pun tiba.
"Stop. Harap gombalnya pake puisi ya. Yang berkelas", Eni melet, cengengesan.
"Emang gue takut"
ehmm
sekian lama,
senja yang tercipta nampak pudar warna
tak ada siluet tentang cerita
akan paras manismu, yang mewarna
dan aku disini,
duduk berdiam diri memandang sepi
menyeka segenap kerinduan berduriduri,
dengan rangkai kisah,
yang ku buat sendiri..
Ah,
Tuhan..
harap dan rasa seakan sama
ber-drama dan bersandiwara
lalu, aku bermimpi
kau yang ku cinta ada disini
berparas ayu dengan tudung abuabu
tersenyum,
yang merahnya membiru kalbu
dek Eni,
dan akhirnya aku memandangmu
ketika cahaya membuka kelambu
ketika rindu dihati semakin memburu
dan, mimpiku seakan nyata
: ditempat itu kau nampak ayu,
dengan tudung-mu,
abuabu
CIIIEEEEEEEE
"Guuuombalmu pak.. Itu kan udah lama banget. Bahkan sebelum njenengan menyatakan cinta padaku. Lama pak. Sebelum akhirnya kamu lulus mendahuluiku kan?
Oh, aku ngerti kenopo njenengan ngebet lulus. Oalahhh... jebule bojo-ku iki penuh dengan perhitungan.
Tapi kok njenengan kelingan je?"
"Lah, kowe loh bune. Ketika cinta, mana mungkin sih bisa lupa?"
"Uwes ah. Kebablasen gombal terus. Eh, Pak, mawar e apik yo? Udah mulai kembang."
"Hemm"
"Kok hemm tok?"
"Hemm..
Kok-pi ne endi?"
Kotagede
27 Juni 2014
08.41 pm